KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT , karena berkat limpahan
rahmat dan karunia dari-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Kebutuhan Dasar
Manusia 1 ini yag berjudul Konsep Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Dan Defekasi.
Terima kasih juga kepada
semua pihak yang telah memberi masukan untuk saya supaya dapat menyelesaikan
tugas ini. Terima kasih juga kepada dosen pembimbing saya yang telah memberikan
saya masukan untuk menyelesaikan tugas ini.
Demikianlah tugas ini
saya buat , semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca.dan semoga apa yang
ada di makalah ini dapat di terapkan dan di gunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Sekayu, 11 januari 2014
Penulis
Daftar isi
Kata Pengantar ...............................
i
Daftar isi ...............................ii
- iii
BAB I Pendahuluan ...............................1
- 1.1 pendahuluan
- 1.2 Tujuan
BAB II Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi BAK...........................2 - 6
- 2.1 pengertian
- 2.2 gangguan pemenuhan eliminasi BAK
BAB III Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi BAB .........................7 - 11
- 3.1 pengertian
- 3.2 fisiologi BAB
- 3.3 proses BAB
- 3.4 faktor yang mempengaruhi eliminasi BAB
- 3.5 masalah eliminasi
- 3.6 penyebabnya
- 3.7 alat dan bahan
- 3.8 prosedur kerja
BAB IV Penutup ............................12
- 4.1 kesimpulan
Daftar pustaka ...........................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar balakang
Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan eliminasi fecal
(berhubungan dengan defekasi) dan kebutuhan
eliminasi urin (berhubungan dengan berkemih). Dalam memenuhi kebutuhan
eliminasi, sangat di perlukan pengawasan terhadap masalah yang berhubungan
dengan gangguan kebutuhan eliminasi, seperti: obstipasi, inkontinensia, retensi
urine, dan lain-lain. Gangguan tersebut dapat mengganggu pola aktivitas
sehari-hari.
Untuk memenuhi kebutuhan eliminasi, ada beberapa
prosedur keperawatan yang dapat dilakukan, di antaranya pemenuhan kebutuhan
eliminasi fecal
dengan pispot pada pasien yang tidak mampu melakukannya secara mandiri,
melakukan huknah rendah, huknah tinggi, pemberian gliserin per-rektal, evakuasi
feces manual, memenuhi kebutuhan eliminasi
urine dengan urinal, pada pasien yang tidak mampu melakukan secara
mandiri dan pemasangan kateter kondom.
1.2 Tujuan
Ø Tujuan dari makalah kebutuhan eliminasi sebagai
berikut :
Ø Memahami tentang kebutuhan eliminasi BAK
Ø Memahami tentang kebutuhan eliminasi BAB(Defekasi)
BAB II
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI BAK
2.1 Pengertian
BAK / MIKSI adalah suatu proses pengosongan kandung
kencing.
Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK adalah ;
Suatu keadaan dimana terganggunya proses mekanisme tubuh untuk memenuhi
kebutuhan eliminasi BAK atau pengosongan kandung kencing secara normal.
proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Prosesini terjadi di dua langkah , yaitu :
Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK adalah ;
Suatu keadaan dimana terganggunya proses mekanisme tubuh untuk memenuhi
kebutuhan eliminasi BAK atau pengosongan kandung kencing secara normal.
proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Prosesini terjadi di dua langkah , yaitu :
ü
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat
diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua
ü
Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi
adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
2.2 Gangguan pemenuhan kebutuhan
eliminasi BAK
- Obstruksi.
- Infeksi.
- Calculi.
- Pertumbuhan jaringan yang abnormal.
- Masalah sistemik.
2.3 Faktor yang mempengaruhi
kebiasaan BAK
- Diet dan intake makanan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine
yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya output urine lebih banyak.
- Respon keinginan awal untuk berkemih
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan
respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi
lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan di kandung kemih. Masyarakat ini
mempunyai kapasitas kandung kemih yang lebih daripada normal
- Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam
hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat
mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi
tingkah laku.
- Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan
meningkatnya frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya
sensitive untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang
diproduksi.
- Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus
otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk
tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih
terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama.
Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu
tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi.Aktifitas yang lebih
berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena
lebih besar metabolisme tubuh.
- Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan
mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya
menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih sering berkemih.
- Kondisi Patologis
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah &
karakter)
Obat diuretiik dapat meningkatkan output urine Analgetik dapat terjadi retensi urine.
Obat diuretiik dapat meningkatkan output urine Analgetik dapat terjadi retensi urine.
- Urine
Warna :
v Normal urine berwarna kekuning-kuningan
v Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange
gelap
v Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi
adanya penyakit.
b. Bau :
v Normal urine berbau aromatik yang memusingkan
v Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti
infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
c. Berat jenis :
v Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat)
dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling
sebagai standar.
v Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml
v Normal berat jenis : 1010 – 1025
d. Kejernihan :
v Normal urine terang dan transparan
v Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
e. pH
v Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5)
v Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk
beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri
v Vegetarian urinennya sedikit alkali.
f. Protein :
v Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti :
albumin, fibrinogen, globulin, tidak tersaring melalui ginjal urine
v Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul
tersebut dapat tersaring urine
v Adanya protein didalam urine proteinuria, adanya
albumin dalam urine albuminuria.
g. Darah :
v Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak
tampak jelas.
v Adanya darah dalam urine hematuria.
h. Glukosa :
v Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak
berarti bila hanya bersifat sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula
banyakmenetap pada pasien DM
v Adanya gula dalam urine glukosa
i. Keton :
v Hasil oksidasi lemak yang berlebihan.
BAB III
PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI BAB
3.1 Pengertian
Buang
air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari
sistem pencernaan Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam
mulut, dikunyah (jika padat) didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan
adanya refleks otomatis, dari esofagus kedalam lambung. Pencernaan berawal
dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun cairan akan melanjutkannya sampai
direabsorpsi di kolon.
3.2 Fisiologi Buang Air
Besar
Rektum
biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasaan
teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang sama
setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya
bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah
pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon,
dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai
bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras
terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan
intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan
otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir.
3.3 Proses Buang Air Besar
3.3 Proses Buang Air Besar
Jenis
gelombang peristaltik yang terlihat dalam usus halus jarang timbul pada
sebagian kolon, sebaliknya hampir semua dorongan ditimbulkan oleh pergerakan
lambat kearah anus oleh kontraksi haustrae dan gerakan massa. Dorongan di dalam
sekum dan kolon asenden dihasilkan oleh kontraksi haustrae yang lambat tetapi
berlangsung persisten yang membutuhkan waktu 8 sampai 15 jam untuk menggerakkan
kimus hanya dari katup ileosekal ke kolon transversum, sementara kimusnya
sendiri menjadi berkualitas feses dan menjadi lumpur setengah padat bukan
setengah cair.
Pergerakan
massa adalah jenis pristaltik yang termodifikasi yang ditandai timbulnya sebuah
cincin konstriksi pada titik yang teregang di kolon transversum, kemudian
dengan cepat kolon distal sepanjang 20 cm atau lebih hingga ke tempat
konstriksi tadi akan kehilangan haustrasinya dan berkontraksi sebagai satu
unit, mendorong materi feses dalam segmen itu untuk menuruni kolon. Kontraksi
secara progresif menimbulkan tekanan yang lebih besar selama kira-kira 30
detik, kemudian terjadi relaksasi selama 2 sampai 3 menit berikutnya sebelum
terjadi pergerakan massa yang lain dan berjalan lebih jauh sepanjang kolon.
Seluruh rangkaian pergerakan massa biasanya menetap hanya selama 10 sampai 30
menit, dan mungkin timbul kembali setengah hari lagi atau bahkan satu hari
berikutnya. Bila pergerakan sudah mendorong massa feses ke dalam rektum, akan
timbul keinginan untuk defekasi.
3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Eliminasi BAB
? Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses,
control
? Diet
? Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000 ml/hari
? Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga
peristaltik usus meningkat.
? Faktor psikologik
? Kebiasaan
? Posisi
? Nyeri
? Kehamilan : menekan rectum
? Operasi & anestesi
? Obat-obatan
? Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan
konstipasi
? Kondisi patologis
? Iritans
3.5 Masalah eliminasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu
menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras,
dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini
terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air
diserap.
3.6 Penyebabnya
Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain,
pindah tempat, dan lain-lain
Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang Meningkatnya stress psikologik Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.
Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga menimbulkan konstipasi. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor.
Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang Meningkatnya stress psikologik Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB hilang.
Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga menimbulkan konstipasi. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor.
3.7 Alat dan Bahan
a)
Alas / perlak
b)
Pispot
c)
Air bersih
d)
Tissue
e)
Skrin (sampiran) bila pasien di rawat di bangsal umum
f)
Sarung tangan
3.8
Prosedur Kerja
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien, lalu pasang sampiran bila pasien di rawat di bangsal umum
- Cuci tangan
- Gunakan sarung tangan
- Pasang pengalas di bawah glutea
- Tempatkan pispot di atas pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi bagian lubang pispot tepat di bawah anus. Pada saat meletakkan pispot, anjurkan pasien untuk mengangkat daerah glutea (bila pasien mampu) untuk memudahkan meletakkan pispot
- Setelah posisi pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasien tentang kenyamanan posisi tersebut.b Jaga privasi pasien selama prosedur
- Anjurkan pasien untuk defekasi pada tempatnya / pispot yang telah terpasang
- Setelah selesai, siram daerah anus dan sekitarnya dengan air sampai bersih dengan bantuan tangan yang bersarung tangan, kemudian keringkan dengan tissue
- Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
- Catat tanggal defekasi, karakteristik feces seperti: jumlah, konsistensi, warna, bau dan respons pasien selama prosedur
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Evaluasi Untuk mengevaluasi hasil akhir dan
respon klien terhadap asuhan keperawatan, perawatmengukur keefektifan semua
intervensi. Tujuan optimal dari intervensi keperawatan yangdilakukan ialah
kemampuan klien untuk berkemih secara volumter tanpa mengalami gejala-gejala (
misalnya urgensi, disuria, atau sering berkemih). Urin yang keluar harus
berwarna kekuningan, jernih, tidak mengandung unsure-unsur yang abnormal, dan
memiliki ph serta berat jenis dalam rentang nilai yang normal.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul
Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakarta : EGC : 2004
Perry, Potter 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4,
volume 1, Jakarta : EGC
http://www.proses_pencernaan_makanan.htmhttp://www>siklus_alami_tubuh_dalam_proses+pencernaan_makanaan.html
http://www.proses_pencernaan_makanan.htmhttp://www>siklus_alami_tubuh_dalam_proses+pencernaan_makanaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar